Pada suatu sore, saya sedang kumpul2 di kos seorang teman bersama teman2 yang lain. Saat itu salah seorang teman saya menyalakan TV, lalu kami ngobrol2 tentang peran sutradara di acara yang katanya nyata sekalipun. Dan ada acara (katanya kisah nyata) tentang anak yang berprestasi yang diceritakan (mohon maaf) bapaknya telah meninggal. Dan ketika ada adegan dimana sang anak menangis karena teringat ayahnya, saya bilang, “Wah, sutradara ne ki”. Dan teman saya ada yang menanggapi, “Wa Topik ra nduwe perasaan. Ndelok ra nganggo ati. Po ati ne seko watu”. Jeder.
Saat ini tahun 2011. TV telah merasuki kehidupan masyarakat Indonesia lebih dari 40 tahun. Dulu, cerita bapak saya, waktu dia kecil tidak ada TV. Sehingga semua hal bisa ditanggapi secara wajar. Tidak ada dramatisasi peristiwa. Tidak ada blow up media. Walaupun sudah ada koran, tapi pengaruhnya tidak sebesar TV. Dan ketika TV perlahan-lahan merenggut waktu anak2 sekolah yang seharusnya belajar, ibu2 yang seharusnya mengasuh anaknya, dan pegawai negeri yang seharusnya melayani rakyat.
Semua penemuan di dunia, yang ditemukan oleh manusia, pasti ada pengaruh baik dan buruk. Tak terkecuali TV. TV yang tujuan awalnya untuk menyebarkan informasi, pendidikan, dan ilmu pengetahuan, kini lebih besar ke arah hiburan yang bermutu cenderung rendah (walaupun tidak semua) dan komersil. Hal yang sebenarnya besar, bisa dibuat kecil oleh TV, begitu pula sebaliknya. Orang yang sebenarnya bersalah, bisa dibuat kelihatan benar. Orang yang sebenarnya benar, bisa dibuat kelihatan bersalah. Tentu saja semuanya demi uang, profit, atau apalah itu, yang digunakan oleh seluruh awak TV untuk nafkah keluarganya.
Kembali ke kos2an teman saya. Contoh besar pengaruh TV bisa dilihat dari teman yang menanggapi saya tadi, terlepas dari sebenarnya yang saya maksud “sutradara ne” adalah kemampuan sutradara untuk mengeksploitasi suatu keadaan kesedihan seseorang menjadi sesuatu yang bisa dinikmati, atau mungkin dihayati kalau menurut teman saya tadi, dan bisa mendatangkan keuntungan.
Alhamdulilah, sampai saat ini saya masih belum tercandui oleh TV, kecuali kalau ada acara tentang petualangan, sejarah, atau film yang menurut saya bagus.
Mungkin beberapa tahun kedepan, internet akan muncul sebagai suatu media, yang menurut saya bisa menggantikan TV. Seperti TV, internet bisa saja berpengaruh baik, maupun buruk. Tergantung cara kita menggunakannya. Sebagai manusia, kita yang harus mengontrol, bukan dikontrol oleh penemuan kita.
nb.buat teman saya tadi, ini buat pembelajaran aja kok. gak usah ditanggapi serius ya. hehehe