Bacalah

Learning is forever

RSS Feed

Going where this year?

Monthly Archives: April 2013

Muara Badak, The Last Week

0 Comments

Sebagai seorang trainee kemarin sore yang sama sekali gak tahu apa2, saya harus banyak belajar dan mencari ilmu sebanyak2nya di Badak selama dua setengah bulan kemarin. Kesempatan untuk belajar sebenarnya banyak, namun kadang timingnya tidak tepat dengan assignment schedule saya yang juga harus menyesuaikan sama teman2 yg lain. Sebenarnya saya pengen banyak hands on, tapi kadang keadaan tidak memungkinkan. Sebenarnya saya masih merasa sangat belum cukup, saya merasa apa yang saya tahu masih lebih sedikit dengan yang diketahui oleh teman2 se-batch. Mereka seperti sudah expert dan siap untuk ditempatkan dimana saja. Namun waktu juga yang membatasi. Saya juga sudah ingin libur dulu ke kota Jogja tercinta.

Setelah off, harapan saya adalah saya ditaruh ke base dimana saya bisa lebih banyak ‘pegang’ tool, tidak cuma disuruh membaca manual saja. Entah itu di Duri, Balikpapan, atau bahkan Surabaya. Di Duri saya dengar jam kerjanya lebih ketat, namun tidak apa2 bagi trainee seperti saya asal saya bisa lebih banyak berlatih. Di Badak lagi pun sebenarnya juga tidak mengapa, asal saya diberi kesempatan yang lebih banyak.

Besok Jumat saya off. Dan empat hari kedepan saya akan masuk Lab Cased Hole. Rencana saya sih pengen belajar Magnetic Orienting Tool. Semoga empat hari ini cukup untuk sekedar tahu post-job service-nya.

Apr 28, 2013

Muara Badak, The Jungle

0 Comments

Pertama kali saya datang ke Badak, yang pertama kali saya rasakan adalah udaranya panas sekali. Saya sudah mengira kalau di pulau Kalimantan memang rata2 udaranya lebih panas daripada di Jogja, tapi saya tidak mengira kalo sampe sepanas ini. Ketika di perjalanan dari Balikpapan kesini, di sepanjang perjalanan memang hutan2, dan kelihatan sejuk banget, ya jelas karena di bus pakai pendingin udara, jadi yang terasa adalah udara sejuk.

Secara umum, jangan bayangkan hutan disini kayak hutan di lereng Gunung Merapi, tapi lebih mirip hutan di Gunung Kidul atau Kulon Progo. Tanahnya berstruktur tanah liat.  Cuma bedanya, di kanan kiri jalan banyak pipa2 gas milik VICO yang kadang2 melintang melewati gang2 pemukiman penduduk. Ketika lagi job di site, jangan kaget kalo ngejob sambil di samping unit ada gerombolan sapi yang digembalakan penduduk setempat. Dari Badak ke arah selatan, kita menuju Nilam. Nilam termasuk di daerah aliran sungai Mahakam. Disini kebanyakan rawa2, yang dihuni kawanan berbagai satwa. Saya pernah melihat kera ekor panjang, berang2, elang rawa, biawak, dan katanya juga ada buaya muara. Tapi saya pengen melihat pesut yang katanya dulu pernah banyak di delta sungai Mahakam, yang sekarang populasinya minim dan hampir punah. Saya pengen juga melihat elang dari jarak yang lebih dekat. Tapi sebagai kroco maintenis, kayaknya kesempatan saya untuk melihat berbagai keanekaragaman hayati tersebut bakal minim, karena kedepannya saya lebih banyak work at base.

Tapi ada beberapa bekas area drilling yang gak direklamasi kembali. Jadi dibiarkan terbengkalai dan akhirnya cuma ditumbuhi semak belukar. Dan ditambah lagi penduduk gak boleh memanfaatkan lahan ini. Hal ini sangat sayang banget, padahal kalau boleh dikelola dan diolah kembali, mungkin lahan2 tidur ini dapat menjadi tambahan bagi masyarakat Muara Badak.

Hal yang cukup mengganggu juga adalah nyamuk. Disini ada berbagai jenis nyamuk, mulai dari Anopheles sampai Aides Aygepti. Ukurannya pun jumbo2. Tapi kantin di base menyediakan penangkal biologis untuk nyamuk, yaitu godong kates alias daun pepaya rebus yang tersedia saat sarapan, makan siang, maupun makan malam.

Apr 12, 2013

Muara Badak, Peternakan Trainee Tukang Ulur Kabel

0 Comments

Dulu ketika pertama kali ditemukan gas disini, oil serpis kumpeni atau oilfield service company yang disewa VICO adalah The Smurfs alias Si Biru alias Schlumberger. Namun seiring berjalannya waktu, tampaknya VICO tidak mempunyai cukup dana untuk memakai The Smurfs. Alhasil digunakanlah solusi yang sedikit agak lebih murah namun tetap merk Amerika, yaitu The Reds alias Halliburton. Halliburton mulai masuk ke Badak tahun 2008. Product line service yang di-deploy sama The Reds disini adalah Cementing, Wireline and Perforating, Boots and Coots, sama Tubing Conveyed Perforating. Ada juga Sperry Drilling sama Baroid, tapi kayaknya mereka berdua cuma sekedar numpang lewat alias gak punya base di Badak.

Entah karena disini dianggap sebagai area susah, atau area murah, atau area kacang goreng, Wireline memakai Badak sebagai training ground bagi engineer trainee-nya. Sudah hampir dua bulan saya menjadi kenkyuusei alias trainee di Badak. Sebagai kroco, kami terlihat seperti gerombolan liar. Kami masih ditaruh di berbagai bagian di Base secara bergiliran, seperti di Sonde alias Mechanical Maintenance Lab, Shop Yard, Electrical Maintenance Lab, field job Open Hole, dan field job Cased Hole. Ditambah lagi, bos alias supervisor kami berada di Balikpapan, dan kami harus mengatur sendiri jadwal kerja kami. Dan sebagai kroco, kami harus menyerap ilmu sebanyak2nya sambil melakukan aktifitas yang kelihatan sepele tapi esensial, seperti mencuci truk unit, mencuci tool, angkut2 dan angkat2, pressure test, heat test, dan lain sebagainya. Belum lagi disini juga terdapat trainee gelombang lain. Jadi situasinya terlihat hiruk pikuk oleh kaum berhelm hijau.

Badak Field dan sekitarnya mempunyai beberapa keunikan. Pertama, disini memakai dual tubing pada sumurnya, yang membutuhkan teknik khusus untuk melakukan perforasi atau pembolongan tubing agar gas bisa mengalir keluar. Kedua, pressure bawah tanah sudah cukup tinggi untuk membuat si gas bisa mengalir sendiri ke plantnya. Ketiga, dalamnya sumur bisa mencapai lebih dari 10.000 feet atau kira2 3 km (cukup dalam untuk sumur onshore). Owh iya, disini yang dilakukan adalah land operation, jadi semuanya ya dilakukan di darat, dan unitnya menggunakan truk Kenworth T800 dan T600 custom made. Memang ada beberapa sumur yang terletak di rawa2 delta, namun masih di aliran sungai Mahakam, jadi cuma pake swamp barge saja.

Kegiatan di Shop dan Lab kebanyakan berupa job preparation, maintenance, dan post-job service. Ada beberapa troubleshooting yang dilakukan, tapi sebagai kroco kami baru boleh lihat2 dulu. Sebagaian besar tool2 disini “cuma” mengukur density, resistivity, flow, temperature, induction, dan pressure. Namun jadi kelihatan rumit karena kondisi kerjanya yang cukup harsh (high pressure, high temperature, mud, shock, etc.). Ukurannya pun juga kadang2 gak main2, satu string alias satu rangkaian tool panjangnya bisa sampai 100 m. Soalnya dulu saya kira measurement tool di Wireline itu compact dan kecil kayak tool2 yang kita buat waktu kuliah. Ada juga tool yang mengukur besaran yang baru saya ketahui disini, yaitu porosity, gamma ray, hydrocarbon index, dan ada tool khusus untuk melakukan sampling fluida alias bahan yang berada di formasi.

Untuk field job, pertama saya ikut Cased Hole di site Nilam. Kondisi geografis berupa rawa2 yang dibabat kemudian diurug. Jadi panas banget, dan ditambah tidak ada tempat berteduh selain mobil atau truk unit. Tapi di cabin di dalam unit tempatnya sempit, dan lagi di dalamnya ada company man alias ndoro alias mandor dari VICO. Job waktu itu adalah cek ikatan antara semen dengan casing sumur kemudian perforasi di tubingnya. Sebagai kroco, saya harus siap sedia bantu angkat2, ngambilin tool, nyuci mobil dan nyuci truk. Tapi lumayanlah bisa tahu apa yang dilakukan orang2 field terhadap tool kita, loading charge ke gun carrier, arming gun, rig up rig down tanpa pakai rig alias rigless dan cuma pake truk crane, tahu pressure control equipment, dll. Crew serta engineer-nya juga baik2 dan mau ngajarin.

Kemudian saya ikut job Open Hole, di Nilam juga. Disini dilakukan pengukuran gamma ray, density, porosity, induction, serta sampling fluida. Open Hole job ini lebih berasa, karena kami nginep di area drilling rig. Crew senior, technician senior, sama engineer-nya tidur di doghouse alias peti kemas yang disulap jadi kamar. Sementara itu kroco mumet, technician junior, serta crew junior tidur di mobil. Disini kebanyakan aktifitasnya adalah menunggu dan menunggu, selama proses ambil data alias logging dilakukan. Rig up rig down-nya lebih ribet dan kacau dibanding Cased Hole. Job yangs seharusnya selesai dalam 2 hari harus molor sampai 3 hari karena tool yang digunakan untuk sampling sempet error, untung kami bawa tool back-up nya. Selama menunggu tersebut, saya banyak nanya2 dan ngobrol2 ngalor ngidul sama geologist, drilling crew, sampai ke crane operatornya. Saya juga mencoba untuk memahami proses drilling Open Hole sampai menjadi Cased Hole disini. Karena job Open Hole ini jarang2, jadi mumpung ada kesempatan, kudu dimanfaatin sebaik2nya.

Sekarang saya sudah mulai masuk ke Maintenance Lab, karena sebagai kroco maintenis, disitulah habitat saya nantinya berada. Ada juga beberapa assessment yang harus diselesaikan. Setelah 3 bulan pun, sebenarnya kami masih kroco sampai sekitar 1-2 tahun lagi, dan tidak ada kata berhenti belajar, semuanya bisa diambil ilmunya.

Apr 11, 2013

Muara Badak, Disedot Sampai Habis

0 Comments

Muara Badak, adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Terletak di delta sungai Mahakam, konon kecamatan ini adalah salah satu kecamatan yang terkaya di Indonesia. Dibawah permukaan tanah di kecamatan ini, terdapat sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, yaitu gas alam. Gas alam disini katanya ditemukan pertama kali sejak tahun 1972 sama Huffington Company Indonesia, sebuah owner kumpeni dari Amerika. Gas alam disini diolah di Badak LNG Plant di Bontang yang jaraknya kira2 56 km ke utara. Dan sejak tahun 1977, Badak LNG Plant ini menjadi salah satu pemasok gas alam terbesar untuk pembangkit listrik dan industri di Jepang.

Huffington Company Indonesia, sekarang berubah nama jadi Virginia Coconut Oil, eh Virginia Indonesia Company alias VICO, dan masih memegang konsesi gas alam di kecamatan Muara Badak dan sekitarnya. Cadangan gas alam di area VICO ini sudah terhitung sebagai mature fields, sehingga produksinya jadi makin lama makin berkurang. Maka VICO berusaha menggenjot (atau menyedot) sumur2 lamanya lebih kencang lagi, dan mencoba peruntungan membuat sumur2 baru di wilayahnya.

Namun beberapa minggu di Badak, saya melihat masyarakat sekitar belum menerima hasil dari penyedotan kekayaan mereka secara maksimal. Walaupun katanya kecamatan terkaya, tetapi anak SD harus berjalan kaki ke sekolahnya melewati jalanan berdebu yang dilewati kendaraan berat setiap hari. Lahan2 bekas eksplorasi dan drilling yang tidak ditanami kembali. Tidak ada rumah sakit, cuma klinik seadanya di Kantor VICO. Padahal gas dari Badak sudah membantu Jepang menjadi negara industri termaju di Asia. Kumpeni2 asing yang disewa sama VICO pun juga ambil keuntungan yang tidak sedikit. Sebentar lagi ketika gas di Badak sudah habis disedot sama VICO, akankah Muara Badak tetap menjadi salah satu kecamatan terkaya di Indonesia?

Apr 11, 2013