Bacalah

Learning is forever

RSS Feed

Going where this year?

Monthly Archives: June 2012

Kalkulus yang Aneh Part 2

0 Comments

Kemaren saya baru aja menjalani ujian pertama pada UAS semester ini. Mata kuliahnya yaitu Kalkulus Dasar. Ini adalah Kalkulus terakhir yang saya hadapi. Sama sekali gak ada persiapan sebelum ujian, tapi saya udah nothing to lose lah. Serahkan aja semuanya pada Yang Diatas.
Kalo penasaran liat soalnya, nih.

Setelah ini, masih ada ujian Elektronika Lanjut 1 dan Embedded Operating System. Dua2nya juga sama sekali gak ada persiapan. Untuk adik2 di rumah, jangan ditiru ya. 😀

Jun 26, 2012

Lagi-Lagi Ada yang Usil

0 Comments

Barusan email kebanjiran notifikasi peringatan dari wp-firewall di kandang.  Katanya sih

This may be a “Executable File Upload Attack.”

Dan kayaknya dia pake tool, soalnya bisa massal gini.

Yah untung aja serangan kali ini masih bisa diatasi oleh si firewall. Jadi buat temen2 sekalian, jangan ragu2 pasang WordPress Firewall di kandang kalian masing2. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Sekian.

Jun 13, 2012

Up Hill to Kalikuning, Down Hill to Jogjakarta

0 Comments

 

Seperti biasa, kemaren sabtu saya dan Dani temen SMA saya pit2an pagi ke pedesaan Jogja. Namun kali ini ada yg beda. Berdasarkan wacana beberapa minggu yg lalu, kami akan mencoba long route. Karena sejak lama saya penasaran sama yg namanya down hill, long route kali ini kami akan menuju Kalikuning Kaliadem, Sleman.

Persiapan seadanya, cuma jaket, masker, GPS di hape nokiyemnya Dani, start dari rumah saya di Janti JEC dengan jam menunjukkan pukul 07.00, dan sepeda MTB abal kami berdua pun kami kayuh ke arah utara melewati Akakom. Air minum kami putuskan untuk beli di jalan saja, karena akan menambah beban apabila dibawa dari rumah (padahal yo mung 500ml).

Rute yg kami tempuh melewati jalan Solo Janti Carrefour. Disinilah fungsi dari masker, sesuai dengan falsafah pit2an saya, anti melewati jalan yg padat kendaraan bermotor, dengan terpaksa saya pakai masker untuk menghindari polusi dari kendaraan tersebut. Dampaknya paling nafas agak tersendal2, sementara kan kita butuh oksigen untuk memproduksi tenaga.

Lalu kami methal dalan di jalan Solo kearah utara menuju Candi Sari. Disitu keutara terus menuju selokan. Sebelum selokan, kami beli air minum dulu. Setelah itu perjalanan kami tempuh kembali. Memasuki Candi Sari, kami menemui lalu lintas truk pasir yg berangkat pagi. Masker pun kembali saya aktifkan. Lalu kami mengikuti jalan aspal ke timur kemudian ke utara terus.

Di jalan menuju Ngemplak, jalan mulai terasa menanjak. Setelah sampai Ngemplak, kami putuskan untuk sarapan Mie Ayam dulu, karena kami berdua memang belum makan pagi. Jam menunjukkan pukul 08.00. Setelah leyeh2 beberapa saat di warung tersebut. Kami pun melanjutkan perjalanan ke utara. Air minum masih tersisa cukup banyak.

Lalu setelah mencapai setelah Ngemplak, GPS nya Dani menunjukkan ada jalan alternatif tembus kearah utara melalui perkampungan. Disini kemampuan teknologi GPS pun kembali dibuktikan. Dengan error yg mencapai 10 meter, kami beberapa kali menempuh jalan buntu dan kadang2 harus memutar balik kembali.

Menuju ujung utara Ngemplak, ternyata rute yg kami tempuh melewati Hunian Sementara Pengungsi Merapi Dusun Kuwang. Disini ada beberapa fasilitas umum yg telah dibangun seperti balai dusun dan PAUD. Setelah Huntara, kami istirahat sebentar di pinggir sawah sambil bermain air di kalen.

Lalu jalan tembus itu berakhir di sebuah pertigaan jalan kabupaten. Dengan view masih persawahan dan tidak terlalu banyak kendaraan bermotor, masker tidak saya pakai. Lalu GPS Dani menunjukkan ada jalan tembus lagi, kali ini lebih lama di perkampungan. Jalan pun terasa lebih eyup karena rindangnya pepohonan.

Disini jam menunjukkan pukul 10.00. Dan dari papan jalan, kami memasuki Desa Wukirsari, masih di Kecamatan Ngemplak. Jalan terasa lebih menanjak. Setelah tiga jam perjalanan, akhirnya saya menuntun sepeda saya. Setelah beberapa kilometer, jalan tersebut tembus ke jalan kabupaten Kalasan-Cangkringan.

Kami pun memasuki kecamatan Cangkringan. Melewati SMPN 1 Cangkringan, kami berhenti lagi di pertigaan yg ke barat menuju Kalikuning, dan ke timur menuju Kaliadem. Disini leyeh2 lagi sambil membeli air minum lagi. Kami ngobrol dengan pemilik warung, dia bertanya, “Kok mangkat awan2 to mas?”, “Lho biasanipun jam pinten bu menawi tiyang2 ingkang biasanipun liwat mriki?”, “Biasanupun nggih jam 8 sampun sami liwat mriki”. Ternyata orang2 yg biasa lewat rute ini ke Kalikuning Kaliadem berangkat dari Jogja kira2 masih jam 5 pagi. Dan ini pun menjadi masukan kami kalau besok kami pit2an ke utara lagi, kami harus berangkat lebih pagi lagi. Hehehe

Lalu perjalanan dilanjutkan kembali. Kami memutuskan untuk menempuh jalan timur karena relatif lebih banyak pepohonan yg rindang dengan lalu lintas kendaraan bermotor yg lebih sedikit. Lalu ada jalan konblok yg cukup panjang dan menanjak. Kami memutuskan untuk full menuntun sepeda kami agar menghemat tenaga.

Setelah kira2 2 kilometer, jalan berbelok ke barat dan terlihat ada seperti proyek pembangunan. Ternyata ini adalah calon hunian permanen warga Kaliadem. Berbeda dengan hunian sementara Kuwang yg sebelumnya, disini tampaknya akan benar2 menjadi hunian permanen, dilihat dari galian pondasinya yg dalam dan memang ada papan yg menunjukkan bahwa akan dibangun hunian tetap. Disini kami berhenti lagi untuk membeli air minum dan sedikit ngobrol dengan pemilik warung lagi. Dia mengisahkan pada hari Kamis erupsi Merapi ketika itu, dia sekeluarga mengungsi ke Piyungan. Di Piyungan pun dia masih mendengar gemuruh lahar dingin dan awan panas.

Dari pemilik warung tersebut, kami juga mengetahui bahwa jalan konblok itu tembus ke Merapi Golf, dan Merapi Golf nya pun sudah terlihat dari situ, kira2 200 meter lagi. Jam menunjukkan 11.30. Setelah keluar dari jalan konblok, kami ke arah timur ke arah jembatan gantung yg baru dibangun. Jalan yg kami lewati sudah berada di selatan merapi golf persis.

Setelah mengabadikan momen beberapa saat, kami memutar ke arah barat. Lalu mengabadikan momen lagi di depan Merapi Golf. Kami sebenarnya pengen masuk untuk sekedar pit2an saja. Tapi melihat beberapa makhluk kekar yg (mungkin) berotak kecil, kami pun mengurungkan niat kami untuk menghindari konfrontasi.

Kami lanjut ke barat lagi. Terlihat ternyata ada semacam resort. Dari luar terlihat sangat bagus sekali, tapi lagi2 ada makhluk ignorant yg berjaga2. Lanjut lagi ke barat. Sebenarnya ada alasan khusus kenapa kami trauma menghadapi makhluk2 small brain tersebut. Lebih lengkapnya silahkan baca disini.

Di jalan ini kami sudah bisa menikmati sedikit down hill, walaupun kemudian terpaksa menuntun lagi karena tanjakan. Akhirnya kami mencapai perempatan legendaris Kaliurang-Kalikuning-Kaliadem-Jogja. Jam menunjukkan 12.30. Disini foto2 lagi bersama papan peringatan Mbah Maridjan. Sebenarnya saya pengen naik ke atas, entah dengan menumpang truk/jip/bis atau dengan menuntun sepeda. Tapi melihat Dani yg tampaknya sudah pucat, akhirnya kami putuskan langsung down hill dari situ kemudian pulang.

Kami pun bersiap2, jaket saya ikatkan ke stang sepeda, masker saya pakai, dan tanpa pikir panjang, langsung saya kayuh sepeda ke selatan. Akhirnya saya pun merasakan yg namanya down hill. Untuk sensasi yg lebih high tension, saya tidak duduk di sadel tapi berdiri di pedal. Dari GPS nya, Dani berteriak bahwa kecepatan kami mencapai 70 km/jam. Kecepatan yg bahkan saya pun jarang menembusnya kalo naik motor. Kira2 sensasi down hill ini awet sekitar 15 menit. Kami pun kembali menemui jalan mendatar.

Perjalanan pulang terasa lebih membosankan karena metahari yg terik dan pepohonan pun kurang rindang. Setelah agak mblusuk2. Kami pun tembus ke jalan Tajem ke utara. Disini kami agak lebih nyantai dan tidak terburu2. Karena melewati jalan kabupaten yg padat kendaraan bermotor, masker tetap standby di muka.

Lalu tembus ke perempatan yg kalo ke barat ke arah stadion Maguwoharjo. Lalu tembus ke ringroad. Kami memutuskan untuk lewat ringroad kemudian jalan solo lalu Janti untuk lebih menghemat jarak, walopun agak berat juga karena bertentangan dengan falsafah saya tadi. Hehehehe

Di Jembatan Janti, berhenti sebentar minum es campur. Lalu kami masuk ke arah barat ke Karangbendo. Di Karangbendo Dani langsung lanjut pulang. Dan saya ke selatan lagi ke arah JEC. Setelah sampai rumah, jam menunjukkan 13.30.

Memang timpang banget sih, perjalanan berangkat 4,5 jam, perjalanan pulang cuma 1 jam. Ya namanya juga ke Kalikuning. Hehehe. Dan malamnya kaki terasa seperti diuleg. Padahal paginya saya futsal.

Overall, saya puas banget akhirnya bisa pit2an ke arah utara jauh. Ini memang down hill bohong2an, sepeda kami memang abal, rutenya pun kayaknya juga berbeda sama orang2 yg biasanya down hill. Dan walopun kurang maksimal karena cuaca yg cukup panas ketika itu, tapi saya tidak akan menolak apabila ada yg mengajak ke Kalikuning by bicycle lagi. Hehehe

Jun 7, 2012