Minggu lalu, saya diajakin teman saya Alveo Yuniar liat Kick Parade yg digelar di gedung depan rumah (baca: JEC). Kalo niat awalnya sih cuci mata. Disana ternyata juga ada beberapa band lokal yg maen. Pada waktu itu ada Endank Soekamti dan Shaggy Dog yg maen. Inilah sedikit review untuk 2 band lokal andalan Jogja kita ini.
Endank Soekamti membuka penampilannya dengan intro khas untuk membangkitkan semangat para pendukungnya yg disebut sebagai Kamties. Ada sedikit mars dan musik instrumental. Kemudian diteruskan dengan lagu dari album terbaru mereka. Walaupun saya gak apal lagunya, tapi karena saya udah punya albumnya jadi gak terlalu asing lah. Warna lagunya masih melodik, ceria, dan memancing moshing bocah2 SMP itu. Masih ada juga guyonan saru di sela2 lagu mereka.
Ketika mereka memainkan lagu dari album pertamanya, yaitu “Anak Nakal”, pikiran saya langsung terbang ke 7 tahun yg lalu. Waktu itu Endank Soekamti masih memulai karirnya di peredaran musik Jogja. Saya juga masih SMP ketika itu. Lagu2 mereka saya dengarkan hampir setiap hari, baik di sekolah yg diputer di HP teman saya maupun di radio di rumah. Akhirnya mereka pun terkenal dan go national.
Kemudian beberapa lagu dari album baru lagi. Ada sih beberapa improvisasi, tapi menurut saya tujuan utama Endank Soekamti adalah menyulut api semangat para Kamties. Jadi tidak ada skill khusus. Memang sih si Ari drummernya makin mirip Travis Barker, dan Dori gitarisnya bisa lebih memainkan riff2 khas metal namun karena tidak dibarengi dengan aransemen yg akbrobatik, jadi ya semuanya biasa saja. Kesimpulannya, musik mereka masih seperti 7 tahun yg laluhas melodic punk pada umumnya lah.
Namun tidak bisa dipungkiri Endank Soekamti fansnya sangat banyak dan loyal. Karena memang komunikasi panggung mereka yg cukup baik. Segmentasi mereka pun juga tak berubah dari 7 tahun yg lalu, yaitu anak dibawah umur yg memang sedang membutuhkan dorongan spirit yg besar, dan itu mereka dapat dari lagu2 Endank Soekamti.
Kemudain giliran Shaggy Dog. Awal kemunculannya bisa dibilang hampir bersamaan Endank Soekamti, yaitu pada waktu saya masih SMP. Penampilan mereka dibuka dengan sedikit instrumental. Musiknya juga masih di garis reggae-ska, tapi ada beberapa yg bisa dicermati.
Kalo saya bilang, warna vokal mereka adalah khas rapper black hiphop, gitarnya terasa ada sedikit Bad Religion dan bluesnya. Keyboardnya masih sekedar pengiring dan tidak ada melodi. Alunan bass line nya khas punk-ska Bay Area. Tapi yg spesial adalah drumnya. Kental sekali dengan pengaruh drummer The Police. Kesemuanya sudah bisa saya dapat di satu dua lagu pertama.
Tapi uniknya, aransemen mereka cukup kreatif, tidak seperti Endank Soekamti yg sebagian besar masih mirip album rekamannya. Shaggy Dog berani memasukkan warna jazz di lagu2 mereka, juga ada dub di lagu From the Doc to the Dog.
Yang bikin saya terkejut, lagu Rudy Story mereka yg terkenal bisa membuat para bocah ingusan berpogo liar dengan irama ska total, mereka ubah menjadi swing. Jadinya para bocah2 itu terlihat ragu2 untuk moshing. Akhirnya malah jadi terlihat para anak2 itu seperti berdansa. Hehe.
Ada sedikit insiden didepan ketika lagunya Kembali Berdansa. Dan mulai lagu itu lagu2 selanjutnya mulai normal dan tidak ada perubahan dari default recordnya. Penampilan Shaggy Dog ditutup dengan lagu andalan Honey.
Kesimpulannya, skill anda untuk membuat para audiens terpukau sebenarnya tidak terlalu diperlukan disini. Yang penting beatnya ada dan tegas, lagunya bersemangat, dan liriknya mengena di hati pemirsa. Itulah yang dibutuhkan anak muda Jogja, tepatnya bukan anak muda sih, namun anak usia wajib belajar. Mereka tidak akan membeli album anda, namun akan selalu datang di tiap anda mentas.
Jadi Endank Soekamti dan Shaggy Dog telah menunaikan tugas mereka sebagai penjaga semangat anak Jogja selama 7 tahun ini. Yah semoga mereka masih bisa bermusik lebih lama lagi untuk menemani para pelajar Jogja menyelesaikan masa sekolah mereka. Dan kalo bisa sih lirik lagu mereka dibikin lebih bermutu biar para pendengarnya juga rajin sekolah.