Bacalah

Learning is forever

RSS Feed

Going where this year?

Archives for Jalan-Jalan

Off Pertama

0 Comments

Alhamdulilah, akhirnya masa probation berhasil terlewati, dan saya diperbolehkan untuk off oleh bos dari tanggal 4 sampai tanggal 18 Mei kemarin. Dan akhirnya saya pulang ke Jogja 😀

Sesuai dengan pengalaman dan nasihat senior, waktu off saya pergunakan dengan seksama, dan saya jadwal dengan ketat. Mulai dari dateng ke festival jejepangan kampus, sepedaan, naik gunung sama teman2 SMA, liat orang futsal (gara2 sedikit kecelakaan, jadi gak bisa ikut main, cuma lihat aja), datang ke nikahan temen, sampe pesta semalam suntuk bersama teman2 seperwotaan.

Sebenarnya saya dijadwalkan sudah harus ke Jakarta tanggal 16 untuk mengurus visa, namun karena satu dan lain hal, akhirnya saya ke Jakarta tanggal 18. Jadi ada sedikit waktu buat menonton dedek2 lucuk yang bermarkas di salah satu mall di kawasan Stadion Gelora Bung Karno. Ada juga sedikit kumpul2 sama teman seperjuangan Elins 2008 yang sedang merantau disana. Cerita2 tentang pengalaman awal2 kerja, dan sedikit ada ide untuk bikin semacam kumpulan antar sesama teman2 yang bidang industrinya sama.

Overall, off pertama saya sangat produktif. Dan off pertama ini lumayan men-charge energi saya untuk kembali bekerja, kali ini satu bulan penuh,

//
May 25, 2013

Bersepeda ke Utara

0 Comments

Kesibukan saya selama proses mencari pekerjaan 6 bulan ini : tidak ada. Tetapi ada aktifitas yang saya sangat menyukainya dan saya lakukan rutin hampir tiap minggu selama ini, yaitu bersepeda. Saya bersepeda dari rumah menggunakan sepeda gunung abal Wimcycle Roadchamp saya.

Dulu pas awal 2012, rute yang paling sering saya lewati adalah menuju bandara. Kemudian pernah juga menuju kaki Pegunungan Seribu, baik lewat Piyungan Selatan, atau lewat Piyungan Utara-Prambanan. Lalu pernah juga ikut Jogja Last Friday keliling kota di malam hari. Menyusuri selokan ke arah timur sampai Candi Prambanan pernah juga dilakukan. Kemudian menyusuri rel kereta api, baik ke arah barat dengan pol mentok sampai stasiun Tugu, atau ke arah timur dengan pol mentok sampai stasiun Prambanan juga.

Tetapi rute yang paling saya sukai dan sangat bikin ketagihan adalah rute ke utara. Dalam rute sepeda ke utara, saya bagi menjadi dua. Yaitu rute barat, dan rute timur. Rute timur adalah yang paling sering. Dulu saya pertama kali ketagihan rute timur ketika bersepeda ke arah Stadion Maguwoharjo. Sebenarnya saya bersepeda ke Maguwoharjo pertama kali waktu SMP. Waktu itu saya sudah sangat kecapekan, tetapi saya masih sangat penasaran. Bagaimana kalau terus ke utara lagi.

Dan akhirnya beberapa bulan yang lalu saya akhirnya merealisasikan rencana itu untuk pertama kalinya, yaitu di postingan ini. Ketika itu sangat capai sekali, dan karena musim kemarau, udaranya panas dan kering. Tetapi itu tidak menyurutkan niat saya dan sparring partner sepeda rutin saya, Dani. Dan akhirnya kami berhasil sampai ke Kalikuning. Beberapa kali kami ke utara, kadang2 juga ditemani Tajul.

Dulu waktu pertama kali ke Kalikuning, saya mencoba dari rute paling timur, yaitu mulai ke utara dari Candi Sambisari. Kemudian perlahan kami menemukan rute terpendek setelah mencoba beberapa rute timur yang terbarat dari kampus kami, UGM, ke arah timur pelan-pelan setelah beberapa kali bersepeda. Rute terpendek itu sudah saya cek di Google Maps, dan memang yang terpendek dan tercepat dari rute-rute yang sebelumnya saya lewati.

Dan rute yang terpendek itu, kalau dari rumah kami yang dekat JEC, adalah ke utara lurus dari JEC, sampai ke Seturan. Kemudian dari Seturan lurus, sebelum Minomartani berbelok ke arah Embung Tambak Boyo. Dari Tambak Boyo ke utara melewati jalan sawah pinggir sungai. Dan dari kejauhan terlihat Candi Gebang. setelah itu kami hanya mencari jalan dan belokan terdekat menuju utara. Di sepanjang rute akan melewati semacam hutan, yang ketika saya pertama kali lewat saya cukup takjub, karena di tengah Kabupaten Sleman ada hutan yg tidak dimanfaatkan kayunya seperti ini, padahal masih jauh dari Gunung Merapi. Lalu rute akan melewati perkebunan salak. Kemudian setelah itu hanya ada satu rute yang terdekat untuk menuju Kalikuning, yaitu melewati jalan lurus setelah Pom Bensin Morolejar. Untuk menuju Merapi Golf, bisa melewati jalan kampung yg tembusannya dari pertigaan setelah Morolejar ke timur kemudian ke utara.

Setelah Morolejar ini sebenarnya adalah the Real Start, terutama setelah melewati SMA N 1 Cangkringan. Disini kami pernah diledek oleh duo pesepeda balap bule dengan kata-kata, “Put on man!” karena kami hanya menuntun sepeda kami, bukan mengayuhnya. Setelah itu ikuti jalan saja, dan akan mencapai perempatan legendaris dengan baliho bergambar Mbah Maridjan di samping Kantor Desa Umbulharjo. Disini silahkan ke utara untuk menuju Kalikuning. Dan tanjakannya adalah the Real Real Start. Setelah melewati gerbang retribusi, bisa ke arah barat untuk ke Plunyon, atau ke utara terus untuk ke Dusun Mbah Maridjan dengan Lava Tour-nya. Yang belum kami selesaikan sebenarnya adalah dari gerbang Lava Tour ke utara sampai titik terakhir untuk wisatawan.

Di perjalanan pulang, anda akan merasakan sensasi down-hill yang tiada duanya, karena anda mengayuh sendiri sepeda anda menanjak ke utara, bukan naik pick-up atau mobil. Untuk sepeda, saya sarankan memakai sepeda gunung standar, yang biasa saja sudah cukup. Jangan sekali-sekali memakai fix gear atau fixie, karena teman saya pernah memakai sepeda jenis ini untuk ke utara dan hasilnya adalah fail. Topi agar kepala terhindar dari sengatan matahari, dan sepatu (opsional).

Di postingan selanjutnya akan saya jelaskan tentang rute barat, yang menuju Bukit Turgo. Dan postingan berikutnya lagi, akan saya ceritakan cerita di balik dan selama dan yang saya temui, saya lihat, dan saya jumpai selama saya bersepeda ke utara.

Untuk foto-fotonya, akan menyusul saat saya sudah mendapatkan akses atas internet dengan kecepatan yang lebih memadai.

Salam genjot! 😀

//
Jan 6, 2013

Lebaran, Gak Wajib Mudik Kan?

0 Comments

Tahun ini berarti sudah 22 tahun saya hidup di Jogja, dan 22 tahun saya ngerasain Idhul Fitri di Jogja. Kadang2 terbesit pikiran, pengen ngerasain lebaran bukan di Jogja. Pengen ngerasain lebaran di Bashkortostan, di Maghreb, atau di Kamboja.

lahore

Emang sih terdengar ridiculous. Tapi saya emang suka petualangan. Saya terinspirasi, ketika saya udah kerja nanti, kan ada libur lebaran, saya pengen nyoba libur lebaran itu saya tidak pulang, tapi mencoba menjelajah ke tempat2 baru.

Toh mudik itu bukan wajib ain dan kayaknya merupakan budaya orang Indonesia aja, bukan sebuah perintah Allah dalam Al Quran maupun sunnah Rasulullah dalam hadits. Untuk pulang kampung, mungkin saya bisa ambil waktu dimana arus manusia tidak sepadat layaknya waktu lebaran.

Saya memang kadang2 pengen, merasakan berbagai budaya di seluruh dunia. Mungkin ini tidak akan saya lakukan seumur hidup. Mungkin ketika udah punya keluarga nanti, mudik lebaran tetap akan saya lakukan.

Jadi kemungkinan lebaran tahun ini adalah lebaran terakhir saya di Jogja untuk beberapa tahun ke depan.

//
Aug 21, 2012

Pengen Pit-Pitan

0 Comments

Kira2 sudah 3 minggu ini saya absen nggowes ke utara. 2 minggu karena skripsi, dan satu minggu karena puasa. Sebenernya pengen sih nyoba pit2an pas puasa2, tapi takut pingsan di jalan malah ngrepotin orang. Berikut foto si sepeda gunung abal di jembatan plunyon kalikuning.

Dan kalo yang ini di tepian jurang kalikuning yang dulunya adalah hutan pinus. Di seberang jurang keliatan bukit Pronojiwo dengan gagahnya masih berdiri.

Gapura “Selamat Datang di Dusun Kinahrejo”

Moga2 setelah lebaran nanti bisa pit2an lagi ke beberapa tempat yang belum terjamah, sebelum kami sama2 meninggalkan kota Jogja tercinta ini.

//
Filed under Jalan-Jalan
Jul 31, 2012

Up Hill to Kalikuning, Down Hill to Jogjakarta

0 Comments

 

Seperti biasa, kemaren sabtu saya dan Dani temen SMA saya pit2an pagi ke pedesaan Jogja. Namun kali ini ada yg beda. Berdasarkan wacana beberapa minggu yg lalu, kami akan mencoba long route. Karena sejak lama saya penasaran sama yg namanya down hill, long route kali ini kami akan menuju Kalikuning Kaliadem, Sleman.

Persiapan seadanya, cuma jaket, masker, GPS di hape nokiyemnya Dani, start dari rumah saya di Janti JEC dengan jam menunjukkan pukul 07.00, dan sepeda MTB abal kami berdua pun kami kayuh ke arah utara melewati Akakom. Air minum kami putuskan untuk beli di jalan saja, karena akan menambah beban apabila dibawa dari rumah (padahal yo mung 500ml).

Rute yg kami tempuh melewati jalan Solo Janti Carrefour. Disinilah fungsi dari masker, sesuai dengan falsafah pit2an saya, anti melewati jalan yg padat kendaraan bermotor, dengan terpaksa saya pakai masker untuk menghindari polusi dari kendaraan tersebut. Dampaknya paling nafas agak tersendal2, sementara kan kita butuh oksigen untuk memproduksi tenaga.

Lalu kami methal dalan di jalan Solo kearah utara menuju Candi Sari. Disitu keutara terus menuju selokan. Sebelum selokan, kami beli air minum dulu. Setelah itu perjalanan kami tempuh kembali. Memasuki Candi Sari, kami menemui lalu lintas truk pasir yg berangkat pagi. Masker pun kembali saya aktifkan. Lalu kami mengikuti jalan aspal ke timur kemudian ke utara terus.

Di jalan menuju Ngemplak, jalan mulai terasa menanjak. Setelah sampai Ngemplak, kami putuskan untuk sarapan Mie Ayam dulu, karena kami berdua memang belum makan pagi. Jam menunjukkan pukul 08.00. Setelah leyeh2 beberapa saat di warung tersebut. Kami pun melanjutkan perjalanan ke utara. Air minum masih tersisa cukup banyak.

Lalu setelah mencapai setelah Ngemplak, GPS nya Dani menunjukkan ada jalan alternatif tembus kearah utara melalui perkampungan. Disini kemampuan teknologi GPS pun kembali dibuktikan. Dengan error yg mencapai 10 meter, kami beberapa kali menempuh jalan buntu dan kadang2 harus memutar balik kembali.

Menuju ujung utara Ngemplak, ternyata rute yg kami tempuh melewati Hunian Sementara Pengungsi Merapi Dusun Kuwang. Disini ada beberapa fasilitas umum yg telah dibangun seperti balai dusun dan PAUD. Setelah Huntara, kami istirahat sebentar di pinggir sawah sambil bermain air di kalen.

Lalu jalan tembus itu berakhir di sebuah pertigaan jalan kabupaten. Dengan view masih persawahan dan tidak terlalu banyak kendaraan bermotor, masker tidak saya pakai. Lalu GPS Dani menunjukkan ada jalan tembus lagi, kali ini lebih lama di perkampungan. Jalan pun terasa lebih eyup karena rindangnya pepohonan.

Disini jam menunjukkan pukul 10.00. Dan dari papan jalan, kami memasuki Desa Wukirsari, masih di Kecamatan Ngemplak. Jalan terasa lebih menanjak. Setelah tiga jam perjalanan, akhirnya saya menuntun sepeda saya. Setelah beberapa kilometer, jalan tersebut tembus ke jalan kabupaten Kalasan-Cangkringan.

Kami pun memasuki kecamatan Cangkringan. Melewati SMPN 1 Cangkringan, kami berhenti lagi di pertigaan yg ke barat menuju Kalikuning, dan ke timur menuju Kaliadem. Disini leyeh2 lagi sambil membeli air minum lagi. Kami ngobrol dengan pemilik warung, dia bertanya, “Kok mangkat awan2 to mas?”, “Lho biasanipun jam pinten bu menawi tiyang2 ingkang biasanipun liwat mriki?”, “Biasanupun nggih jam 8 sampun sami liwat mriki”. Ternyata orang2 yg biasa lewat rute ini ke Kalikuning Kaliadem berangkat dari Jogja kira2 masih jam 5 pagi. Dan ini pun menjadi masukan kami kalau besok kami pit2an ke utara lagi, kami harus berangkat lebih pagi lagi. Hehehe

Lalu perjalanan dilanjutkan kembali. Kami memutuskan untuk menempuh jalan timur karena relatif lebih banyak pepohonan yg rindang dengan lalu lintas kendaraan bermotor yg lebih sedikit. Lalu ada jalan konblok yg cukup panjang dan menanjak. Kami memutuskan untuk full menuntun sepeda kami agar menghemat tenaga.

Setelah kira2 2 kilometer, jalan berbelok ke barat dan terlihat ada seperti proyek pembangunan. Ternyata ini adalah calon hunian permanen warga Kaliadem. Berbeda dengan hunian sementara Kuwang yg sebelumnya, disini tampaknya akan benar2 menjadi hunian permanen, dilihat dari galian pondasinya yg dalam dan memang ada papan yg menunjukkan bahwa akan dibangun hunian tetap. Disini kami berhenti lagi untuk membeli air minum dan sedikit ngobrol dengan pemilik warung lagi. Dia mengisahkan pada hari Kamis erupsi Merapi ketika itu, dia sekeluarga mengungsi ke Piyungan. Di Piyungan pun dia masih mendengar gemuruh lahar dingin dan awan panas.

Dari pemilik warung tersebut, kami juga mengetahui bahwa jalan konblok itu tembus ke Merapi Golf, dan Merapi Golf nya pun sudah terlihat dari situ, kira2 200 meter lagi. Jam menunjukkan 11.30. Setelah keluar dari jalan konblok, kami ke arah timur ke arah jembatan gantung yg baru dibangun. Jalan yg kami lewati sudah berada di selatan merapi golf persis.

Setelah mengabadikan momen beberapa saat, kami memutar ke arah barat. Lalu mengabadikan momen lagi di depan Merapi Golf. Kami sebenarnya pengen masuk untuk sekedar pit2an saja. Tapi melihat beberapa makhluk kekar yg (mungkin) berotak kecil, kami pun mengurungkan niat kami untuk menghindari konfrontasi.

Kami lanjut ke barat lagi. Terlihat ternyata ada semacam resort. Dari luar terlihat sangat bagus sekali, tapi lagi2 ada makhluk ignorant yg berjaga2. Lanjut lagi ke barat. Sebenarnya ada alasan khusus kenapa kami trauma menghadapi makhluk2 small brain tersebut. Lebih lengkapnya silahkan baca disini.

Di jalan ini kami sudah bisa menikmati sedikit down hill, walaupun kemudian terpaksa menuntun lagi karena tanjakan. Akhirnya kami mencapai perempatan legendaris Kaliurang-Kalikuning-Kaliadem-Jogja. Jam menunjukkan 12.30. Disini foto2 lagi bersama papan peringatan Mbah Maridjan. Sebenarnya saya pengen naik ke atas, entah dengan menumpang truk/jip/bis atau dengan menuntun sepeda. Tapi melihat Dani yg tampaknya sudah pucat, akhirnya kami putuskan langsung down hill dari situ kemudian pulang.

Kami pun bersiap2, jaket saya ikatkan ke stang sepeda, masker saya pakai, dan tanpa pikir panjang, langsung saya kayuh sepeda ke selatan. Akhirnya saya pun merasakan yg namanya down hill. Untuk sensasi yg lebih high tension, saya tidak duduk di sadel tapi berdiri di pedal. Dari GPS nya, Dani berteriak bahwa kecepatan kami mencapai 70 km/jam. Kecepatan yg bahkan saya pun jarang menembusnya kalo naik motor. Kira2 sensasi down hill ini awet sekitar 15 menit. Kami pun kembali menemui jalan mendatar.

Perjalanan pulang terasa lebih membosankan karena metahari yg terik dan pepohonan pun kurang rindang. Setelah agak mblusuk2. Kami pun tembus ke jalan Tajem ke utara. Disini kami agak lebih nyantai dan tidak terburu2. Karena melewati jalan kabupaten yg padat kendaraan bermotor, masker tetap standby di muka.

Lalu tembus ke perempatan yg kalo ke barat ke arah stadion Maguwoharjo. Lalu tembus ke ringroad. Kami memutuskan untuk lewat ringroad kemudian jalan solo lalu Janti untuk lebih menghemat jarak, walopun agak berat juga karena bertentangan dengan falsafah saya tadi. Hehehehe

Di Jembatan Janti, berhenti sebentar minum es campur. Lalu kami masuk ke arah barat ke Karangbendo. Di Karangbendo Dani langsung lanjut pulang. Dan saya ke selatan lagi ke arah JEC. Setelah sampai rumah, jam menunjukkan 13.30.

Memang timpang banget sih, perjalanan berangkat 4,5 jam, perjalanan pulang cuma 1 jam. Ya namanya juga ke Kalikuning. Hehehe. Dan malamnya kaki terasa seperti diuleg. Padahal paginya saya futsal.

Overall, saya puas banget akhirnya bisa pit2an ke arah utara jauh. Ini memang down hill bohong2an, sepeda kami memang abal, rutenya pun kayaknya juga berbeda sama orang2 yg biasanya down hill. Dan walopun kurang maksimal karena cuaca yg cukup panas ketika itu, tapi saya tidak akan menolak apabila ada yg mengajak ke Kalikuning by bicycle lagi. Hehehe

//
Filed under Jalan-Jalan
Jun 7, 2012

Oleh-oleh dari Long Weekend

0 Comments

Last long weekend, I decide to spend my time to watch my favorite artist at Gedung Nyi Ageng Serang, Kuningan. Actually, I’d like to make a field report, but the skripsi take all of my time, so let this pic speak. hahahahaha

//
Filed under Jalan-Jalan, Musik
May 25, 2012

Why I Can Survive in that Jungle without A Smartphone

0 Comments

2 weeks ago, me and my friends going to a little trip in Bandung. We were competing in a PLC Programming Contest. My team was failed in that contest, but we were having fun in the Flower city. 😀

The Contest was start at Monday, but we went to Bandung in Saturday afternoon. There was one day free. So I decided to go to Jakarta to meet my friends and watching JKT48 performance at Manggarai.

I go to Jakarta by myself. I never going alone to Jakarta. But I am not fear, although I didnt have any smartphone. Because I have these things.

Me, my father, and my grandfather before me was survived in that Jakarta Jungle with these stuffs (for my grandfather, its excluding the mobile phone).

//
Apr 20, 2012

Acadia fail? Nikko will always waiting you!

0 Comments

Liat tagline blog saya diatas? Tampaknya saya akan segera merubahnya. Setelah saya research lebih lanjut, untuk sampai ke Acadia National Park dengan biaya sendiri, butuh paling enggak $ 2000, itu aja sudah yg paling ngere dan mbekpeker yg pernah saya bayangkan, soalnya duit segitu cuma habis buat terbang ke NY city. Harapan untuk pergi gratis pun juga tinggal harapan, soalnya program kursus Inggris di US itu hanya bisa diikuti oleh para makhluk ber IPK dewa.

Tapi dalam hati, saya juga masih bermimpi untuk merasakan Spring-Autumn leaves that downfall. Dan setelah saya research lagi, ada solusi setengah harga untuk masalah autumn complex saya. Yaitu Nikko national park.

nikko

terletak masih di belahan bumi yg sama, juga terletak di pulau yg sama dengan Akibahara. Sekali dayung satu pulau full terlampaui. hehehe. Maka sekarang yg harus saya lakukan, perbanyak baca itenari2 dan catper2 dari berbagai sumber, terutama catper ngere dan bonek yg ada. Lalu belajar segala kana, entah hiragana, katakana, dan kana2 yg lain. Belajar bahasanya dedek Aki Takajo juga jangan lupa (ngapain belajar huruf kalo gak belajar bahasanya). Kalo kanji sih, ya sambil jalan aja. Buat tiket, karena kemarin saya nginceng ada yg $ 100 pulang pergi pake AA, ya nabungnya minimal segitu lah.

Yah semoga bisa kesampaian, kalo autumn gak berhasil, spring 2013 juga boleh deh. Kalo ada yg minat juga bekpekeran ke Land of the Rising Sun dan mau barengan sekalian, tinggalkan komen ajah. Dan untuk sementara, apabila anda pengen merasakan suasana yg mirip subtropical forest di Indonesia, terutama di Jogja, bisa dicoba nge trail ke Goa Jepang Kaliurang dulu. hahahahaha. Soalnya sudah saya buktikan dan feel nya hampir krasa kayak di negara 4 musim.

Yoroshiku!

//
Filed under Jalan-Jalan, My dream
Apr 17, 2012

Languages of Our Nation

0 Comments

Due to my ambition to around Indonesia, I also wanted to learn local languages​​ of our nation. It will certainly be useful. To bargain on the market, asking direction, chatting with the locals, etc. This will be very wonderful.

//
Oct 27, 2011

Indochina

0 Comments

Apart around Indonesia and Acadia, Indochina is one of my dreams. Hopefully to be achieved, before the age of 30. amiiin

Ha Long Bay

Luang Phrabang

//
Filed under Jalan-Jalan, My dream
Oct 11, 2011