Bacalah

Learning is forever

RSS Feed

Going where this year?

Archives for Jalan-Jalan

Sate Klathak

0 Comments

Beberapa waktu yg lalu, saya diajak sama bapak saya utk menjajal sate klathak yg muncul di koran Kompas. Sate klathak ini adalah sate kambing yg katanya empuk dan gak prengus. Sate ini berasal dari daerah Wonokromo Pleret Bantul. Warung2 yg menjual sate klathak ada di sepanjang jalan Imogiri timur.

Waktu itu masih bingung pilih warung sate yg mana. Akhirnya kita berhenti di Warung Sate pak Pong, soalnya keliatan cukup rame dan keliatan bersih. Pertamanya saya hanya pesen sate, dan saya kira sang penjual langsung dong kalo satenya tu sate klathak. Nunggu sate dibakar emang lumayan lama. Dan ternyata bau kambing disana gak seprengus kalo pas Idul Adha.

Waktu sate udah tersaji, eh ternyata bentuknya masih sate biasa. Namun karena udah lapar ya dimakan aja. Kemudian karena penasaran, kami pesen lagi, kali ini bilangnya pesen sate klathak. Dan ternyata sate klathak dibakar lebih cepat. Dan pas tersaji, waow, ternyata pake jeruji sepeda nusuk satenya. Sate ini ternyata disajikan dengan kuah gulai dan nasi. Langsung aja deh saya makan. Dan emang bener2 empuk, beda sama sate yg sebelumnya. Prengusnya pun jadi sama sekali ilang.

Pas mbayar, satu porsi sate biasa harganya Rp 11.000, sate klathak jg sama Rp 11.000. Ditambah es jeruk Rp 2000. waktu kita tanya kenapa nusuk sate klathaknya pake jeruji, katanya biar mbakarnya bisa lama biar dagingnya bisa lebih empuk. Soalnya kalo pake tusuk bambu ntar tusuknya kebakar sebelum bener2 empuk. Dan kambingnya pun katanya hanya pake wedhus gembel yg berumur dibawah 5bulan.

Saya yang sebelumnya gak suka sate, terlebih sate kambing, saat itu juga memutuskan tidak akan menyiakan masa2 muda saya utk menghindari daging kambing yg penuh kolesterol dan berguna bagi pertumbuhan tubuh saya yg kurus ini. hehehe

//
Filed under Jalan-Jalan
Aug 7, 2010

Obyek Wisata Alam di Jogja

0 Comments

Saya tumbuh besar dan tinggal di kota Jogjakarta. Sebenernya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini banyak banget obyek wisata yg cukup menakjubkan dan menurut saya gak kalah sama obyek wisata di daerah laen. Berikut ini saya sharing obyek wisata yg pernah saya datengin di Jogja dan sekitarnya. Untuk edisi pertama, di Kabupaten Sleman dan Bantul dulu.

Sleman

  • Kaliurang, obyek wisata yg sudah cukup terkenal karena pemandangan Gunung Merapinya ini. Disini jg ada pemandian Tlogo Putri dan Bukit Plawangan. Jg ada Museum Batik Ulen Sentalu, tapi saya belum pernah masuk.
  • Kaliadem dan Kalikuning, dua obyek wisata ini satu tiket masuk. Jadi kalo kita udah masuk Kalikuning, otomatis udah bisa masuk ke Kaliadem. Juga menawarkan pemandangan hutan, pegunungan, dan Gunung Merapi lengkap dengan lahar dinginnya.
  • AgroWisata Salak Pondoh, disini ada wisata panen salak pondoh dan dijamin salaknya fresh. Lha wong barusan diambil dari pohonnya.

Bantul

  • Pantai Parangtritis, Parangkusumo, dan Parangendog, pantai yg pasti semua orang Jogja pernah kesana. Tapi hati2 kalo maen kesana soalnya ombaknya cukup gede dan berbahaya. Sudah banyak korban yg tenggelam dan biasanya dikaitkan dengan mitos Nyi Roro Kidul.
  • Pantai Samas dan Depok, disini ada warung makan seafoodnya. Memang ditujukan untuk sentra nelayan. Tetapi pemandangannya kurang.
  • Hutan Pinus Dlingo,  di kecamatan Dlingo ada hutan Pinus yg cukup menakjubkan, luas dan sejuk. Disini pun gak ada tarif restribusinya.
  • Goa Selarong, goa kapur tempat persembunyian Pangeran Diponegoro waktu perang melawan Belanda. Banyak yg jual jambu biji dan es kelapa muda.
  • Goa Cerme, goa ini biasanya dijadikan tempat caving. Jalannya menuju kesana naek turun, jadi harus lebih hati2. Kalo yg hobi caving, goa Cerme udah lebih dari cukup.

Coming soon, Kulon Progo n Gunung Kidul

//
Filed under Jalan-Jalan
Jul 27, 2010

Pit2an De Kotagede

0 Comments

Tadi pagi abis bangun tidur, badan kok langsung krasa loyo. Akhirnya terbesit pikiran pengen pit2an. Karena ini hari jumat, pengennya sih yg deket2 aja, soalnya ntar jumatan. Dan langsung kepikiran gimana kalo ke Kotagede aja. Akhirnya setelah minum susu dan sangu beberapa receh seadanya, saya kayuh sepeda menuju Kotagede. Pertama, dari rumah saya di Janti saya lewat jalan-jalan kecil di Gedongkuning. Kalo pit2an, saya emang cenderung menghindari jalan besar karena panas, bis2, kendaraan2 besar, dan asap knalpot yg bikin sumpek. Saya lewat kandang jaran Pikatan ato “Pikatan Stable”. Lalu lewat Gedongan Dalam, nglewatin pabrik porselen, pabrik pelek mobil, dan Baluwarti yg dulu ceritanya adalah parit benteng kerajaan Mataram. Sepanjang rute kebanyakan rumah2 sambil sesekali terlihat sawah. Selanjutnya lewat Basen, AMM, dan akhirnya tembus ke Pasar Kotagede

Kotagede pada masa lalu adalah ibukota kerajaan Mataram, sebelum pindah ke Pleret kemudian ke Kartosuro. Namun bekas kratonnya sama sekali gak ada. Mungkin sudah dibanguni rumah2 penduduk yg emang padat banget di Kotagede. Yg tertinggal adalah kompleks Masjid Gede, makam raja2, dan pasar yg telah ada sejak abad ke-16.

Sampai di Pasar Kotagede, ingatan kembali ke beberapa tahun yang lalu ketika saya masih SD saya tinggal di Rejowinangun dan sering juga pit2an bersama teman2 di Kotagede dan menjelajah kampung2nya yg padat dan bergang sempit namun gak ada kesan kumuh sama sekali, karena memang kebanyakan rumah disana berpagar tinggi dan halamannya ada di dalam kompleks rumah. Setelah beberapa tahun, tidak terlalu banyak perubahan yg terjadi. Gardu listrik jaman Belanda masih berdiri di pojok pasar. Hanya saja sekarang ada prasasti Penanda Pasar yg didepannya ada panggung kecil. Di sekitar pasar juga masih banyak toko2 perak. Kotagede memang juga berjuluk “Kota Perak”.

Dari Pasar, ke selatan dikit ke Hasta Renggo dan situs Batu Gilang Batu Gatheng yg konon merupakan singasana Raja Mataram dan pernah digunakan Panembahan Senopati untuk memecahkan kepala Kyai Ageng Mangir, musuhnya, ketika sang Kyai sungkem untuk memohon ampun. Lalu menuju kompleks Masjid Gede dan makam raja Mataram Panembahan Senopati. Disana ada kolam yg konon berpenghuni bulus putih berumur ribuan tahun. Bulus putih tersebut mati dan dikubur di dekat kolam beberapa puluh tahun lalu, namun katanya beberapa Juru Kunci dan pengunjung sering melihat sang Bulus Putih berenang di kolam sambil memancarkan cahaya. Lalu saya pulangnya lewat Prenggan, Rejowinangun, Babadan, lalu sampe Janti lagi.

Bagi yg hobi pit2an blusukan, seperti saya..hehehe, Kotagede menawarkan sensasi yg berbeda dengan nuansa kuno perkampungannya. Dan ada banyak gang2 untuk menghindar dari kepungan kendaraan bermotor. Kotagede, my small town with great heritage. Enjoy!

//
Filed under Jalan-Jalan
Jun 5, 2010

Sempu Island Part 2. Last Kiss of E398

0 Comments
Di postingan sebelumnya, sudah diceritakan mengenai perjalanan kami menuju Pulau Sempu. Nah, ini kelanjutan kisahnya di Pulau Sempu nya. Saat itu kami naek kapal untuk menyeberang ke pulaunya. Kira2 butuh waktu 10menitan untuk menyeberang.

Di air yang masih setinggi dengkul, kami pun mendarat. Eh, tiba2 pas ngangkat celana, hp ku jatoh! Astaghfirullahaladzim! Bunyinya “Mak plung”. Weleh. Saya pun terdomblong beberapa saat. Kemudian saya pun tersadar dan langsung mengambil hp E398 malang saya tersebut. Eh, ternyata langsung mati. Batrene pun langsung tak copot dan saya amankan dalem tas. Di pinggir pantai, saya yg masih shock pun memeberikan pertolongan pertama pada si E398. Saya buntel si hp dengan tisu dan kertas koran, dan berdoa semoga tidak terjadi hal2 yg tidak diinginkan dengan si hp. Kesan pertama di pulau Sempu : “%&#(@Y&E_!Q#*!!!”. Semoga nantinya semuanya berjalan lancar, menyenangkan lah, dan nggak ada yg aneh2 lah.

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke sisi selatan pulau. Jalannya superduper offroad banget. Susah untuk berjalan stabil karena saya cm make sandal jepit, walopun pertamanya saya pikir tu sandal solnya lumayan kuat. Pemandangan di perjalanan juga gak terlalu variatif karena cm hutan dan kadang2 sungai lumpur. Dan kata temen2 dulu, di Sempu tu ada macannya, tapi tidak terlihat makhluk apapun. Kira2 setelah 3jam, keliatan juga laguna yang mau kami tuju. Keliatan dari jauh wuih airnya tenang banget. Wah, pokoke dah manteb lah. Dan ternyata pemandangannya juga menakjubkan dengan view sunsetnya.

Setelah beberapa saat kami pun sampai juga ke tempat buat kemahnya. Eh, sebelum kami sempat duduk, ternyata disitu ada beberapa nelayan yang baru saja mendarat. Dengan lantangnya sang nelayan berteriak menawarkan ikan tangkapannya. Kami pun tergiur. Dan akhirnya kami beli 3ekor ikan Sekar Taji dan bonusnya beberapa ikan kecil yang rencananya buat umpan mancing. kemudian para nelayan pamit pulang sambil titip beberapa peralatan mereka. Dengan riang gembira kami membetheti ikan2 tersebut, dan sebagian yang laen mendirikan tenda. Akhirnya tenda pun berdiri dan ikannya telah terbetheti dengan rapi. Dan sore itu kami berteriak puas dan menikmati pulau Sempu bersama2.

Tak lama, ternyata dateng lagi beberapa makhluk yg nampaknya jg mau nginep di situ. Rombongan ini jg membawa beberapa makhluk bule. Nah, bener kan. Bule2 yg tadi mborong ikan di pantai jg ikut kesini. Mereka tampaknya sangat norak dan kayak nggak pernah ke pantai. Begitu sampe pinggir laguna nya, tu bule langsung pada nyebur. Malamnya, kami membakar ikan2 yg tadi telah dibeli dan masak mie. Eh, bule2 dan beberapa teman2nya ikut nimbrung mbakar ikan bersama kami. Dan setelah ngobrol2, tu bule, 2 cewek 2 cowok, berasal dari Belgia dan Prancis. Mereka kuliah di Singapura. Pas kebetulan liburan, mereka piknik2, dan salah satu tujuannya ya ke Pulau Sempu ini, sebelum ini mereka sempat ke Bali dan katanya rencana mau ke Jogja habis dari Sempu. Dan mereka mau naik Merbabu po Merapi, mbuh lali, begitu tiba di Jogja. Weleh2 ono2 wae. Padahal mereka do nggak bawa baju ganti n air minum yg mereka bawa cm 1 botol gede aqua thok. Jan bule2 nekat. Aneh2 wae lah. Tapi ada satu yg manis sih. Hahaha. Jadinya menikmati malam di Sempu bersama rombongan bule deh.

Paginya, saya bangun kesiangan dan langsung shalat Subuh. Selanjutnya kami menghabiskan pagi dengan memancing, bergembira, foto2, pokoknya menikmati pulau Sempu lah! Lalu temen2 pada pengen ke pantai Pasir panjang yg ada di sisi lain pulau. Temen2 pun sepakat pada kesana. Tapi entah kenapa saya jadi gak mood dan memutuskan gak ikut. Mungkin karena pengaruh E398, saya jadi merasa berduka. Hiks hiks. Akhirnya saya pun cuma berjemur sambil njemur si E398, barangkali bisa nyala. Hahaha.

Setelah satu jam-an, mulai muncul monyet2 penghuni pulau itu, mungkin mereka mau nyari saudaranya. Dan kemudian rombongan temen2 udah pada balik dari Pasir Panjang. Dan kami pun beres2 dan packing untuk pulang. Perjalanan kembali ke sisi utara pulau sama aja kayak pas berangkatnya. Setelah nunggu bentar, kapal penjemput pun tiba. Kami langsung naik dan tidak beberapa lama mendarat lagi ke Pulau Jawa. Hehehe.

to be continued… (Part 3. “Jogja mas? iyo bener ngidul mas!”)

//
Filed under Jalan-Jalan
Jun 5, 2010

Sempu Island Part 1. Gajah Terakhir Jurusan Malang

0 Comments

Kemaren pertengahan Februari, saya diajakin oleh Feri, Tege dan Frisky untuk ikut piknik ke pulau Sempu di Malang bersama temen2 Elins. Pertamanya saya ragu2 mau ikut ato enggak, soalnya pas itu juga bertepatan dengan CDT-SW. Tapi setelah melihat2 foto2nya Arip dan Arifin disana, kok kayaknya menggiurkan ya. Dan untungnya ke Sempu nya diundur sampe tanggal 15 Februari, dan katanya bisa balik ke Jogja Kamis pagi, jadinya saya tetep bisa ikut SW.

Akhirnya saya memutuskan untuk ikut baru pas minggu malemnya. Dan packingnya baru Senin sore, padahal jam6 dah harus kumpul di HM. hahaha. Setelah kumpul di HM, ternyata yg ikut ada 10 anak, yaitu Arifin, Danang, Jihad, Firyan, Tege, Rodhi, Edwin, Chip, Damar, dan saya plus Frisky yang nanti katanya langsung nyusul ke Malang dari rumah mbah nya di Kediri. Selanjutnya kita ke Stasiun Lempuyangan. Matur nuwun buat Feri, walopun gak jadi ikut ke Sempu, tapi ikut nganterin saya ke Stasiun. Rencananya kami mau naik kereta jurusan Surabaya.

Jam 10, kereta yang ditunggu2 pun tiba, Gaya Baru Malam kelas Ekonomi Jakarta-Yogyakarta-Surabaya. Di dalem kereta, penuh dengan macem2 manusia. Dan pedagang bersliweran silih berganti. Akhirnya saya pun hanya bisa berdiri sambil melihat pemandangan. Kereta ini setiap ada stasiun kecil mesti berhenti, maklum, ekonomi. Yang baru saya tahu juga, ternyata toilet di kereta baunya naudzubillah banget lah. Sampe2 saya yg kebelet jadi gak nafsu lagi buat buang hajat. Di Balapan Solo, akhirnya ada juga kursi kosong, sayapun duduk, eh tau2 merem deh. Selama di perjalanan saya gak konsen tidur, gara2nya macem2 pedagang pada teriak2. Ada yg jual pecel, nasi, apel, kopi, teh, popmi, tisu, gelang, peci, kalung, sampe2 kolonyet (barang opo meneh kui). Akhirnya sampe Mojokerto saya bener2 bangun, lalu pindah duduk ke yg deket temen2.

Sampai di stasiun Wonokromo Surabaya jam 4 pagi. Kita pun shalat Shubuh dan leyeh2 nunggu kereta kahuripan jurusan Malang jam5. Jadinya saya hanya bisa menikmati kota Surabaya dari stasiun. Di kereta, kita bisa langsung duduk, soalnya masih pagi. Perjalanannya nglewatin Porong Sidoarjo, dan tanggul lumpur Lapindo-nya ternyata ada di sebelah rel persis dengan tinggi kira2 10 meter-an. Juga keliatan beberapa pegunungan dan sawah2. Pedagang pun juga masih aneh2, ada sate keong, rubik marai mumet, tisu pasir, jam5 teh anget trus ganti jadi es teh jam 8, gajah terakhir, dll. Di Malang juga nglewatin beberapa stasiun sebelum turun di Kota Baru jam 8.

Dari Kota Baru langsung nyarter kol ke Turen. Sampe Turen jam 9, kita istirahat n sarapan dulu di Masjid Az-Zam Zam sambil nunggu Frisky yg dari Kediri. Tapi bocahnya lama banget ditunggu2 gak muncul2. Akhirnya setelah nunggu 3 jam, Si Frisky muncul. Kita nyarter kol lagi ke Pantai Sendangbiru, pintu gerbang ke Pulau Sempu-nya. Di perjalanan, pemandangannya juga lumayan nyegerin mata, perbukitan dengan sawah2. Jalannya ternyata cukup kejam soalnya aspalnya sudah pada ompong. Sampai Sendangbiru jam 2 siang. Kita pun shalat n makan bakso buat snack dulu, lumayan buat ganjel perut. Disana ada penampakan beberapa bule yg lagi borong ikan. Dan kayaknya saya ada firasat, nantinya si bule2 ini akan muncul lagi di cerita selanjutnya. Akhirnya kami nyewa perahu untuk menyeberang ke pulau Sempu. Kita muter sebentar ke sebelah barat pulau dan sudah kelihatan pulau yang bakal kita jelajahi. Dan, Welcome to Sempu Island!

to be continued… (Part 2. Last Kiss of E398 in The Tropical Island)

//
Filed under Jalan-Jalan
Jun 5, 2010

Tragedi Puting Beliung November 2008

0 Comments

Setahun lalu, saya lupa tanggalnya, saya mengalami bencana alam terbesar kedua di Jogja setelah gempa 2006, yaitu puting beliung UGM 2008. Disini, saya mencoba untuk menggali ingatan saya tersebut untuk kembali mengenang tragedi yang telah merenggut atap-atap dan genting-genting beberapa gedung di kampus tercinta saya, UGM, dan membuat saya dan motor saya pincang selama hampir seminggu.

Waktu itu, saya baru saja selesai UTS mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi yang merupakan UTS terakhir pada semester itu. Karena masih terhitung siang, saya memutuskan untuk mampir ngenet sebentar di SIC. Baru beberapa menit saya ngenet, eh tiba-tiba listriknya mati. Saya pun memutuskan untuk langsung pulang saja.

Begitu keluar dari gedung SIC, sudah terlihat langit yang begitu mendung dan angin yang begitu kencang. Lalu saya segera mengambil motor dan cabut dari Mipa Utara. Namun tiba-tiba saat saya melewati pinggir gedung pusat UGM, hujan tiba-tiba turun disertai angin yang cukup kencang, dan saya pun berhenti untuk memakai mantel. Saat saya sudah siap untuk melanjutkan perjalanan, tiba-tiba dari arah belakang saya merasakan tabrakan yang sangat keras dan saya pun langsung terjatuh bersama motor saya. Saat saya menengok ke belakang, saya melihat ternyata saya ditabrak dua mbak-mbak dan tepat di belakangnya lagi ada dua pohon besar yang tumbang dengan mengerikan.

Wah, pokoknya setelah itu saya harus mengalami dan menjalani hal-hal yang sangat menakjubkan sekaligus bikin capek dan bikin sakit.

Akibat ketabrak mbak-mbak tadi, motor saya rusak di bagian setang, footstep, dan slebornya. Kaki dan tangan saya pun serasa mau patah karena benturan yang sangat keras dengan aspal. Setelah itu saya tuntun motor saya sampai prapatan Purnabudaya. Disana angin terasa makin kencang dan akhirnya, tidak salah lagi puting beliung itu datang.  Langit terlihat begitu mengerikan. Saya dan beberapa pengendara kendaraan bermotor lainnya tidak berani menepi karena takut kejatuhan pohon atau tiang listrik, sehingga kami berdiri berdempetan di tengah-tengah jalan.

Akhirnya setelah agak reda anginnya saya memberanikan diri untuk meneruskan perjalanan dengan menuntun motor. Di perjalanan saya sempat meneduh sebentar di basement parkir KFC untuk sedikit beristirahat dan memeriksa kondisi motor saya. Setelah melanjutkan perjalanan lagi, terlihat pemandangan yang sangat berbeda dari hari-hari biasanya. Pohon-pohon yang bertumbangan, jalanan yang banjir. Dan dagangan para PKL di sekitar UGM yang berantakan, sampai padhu dengan penjual angkringan karena kunci motor saya yang jatuh di jalanan yang banjir, beruntung kuncinya bisa ketemu.

Saya pun dengan tegar melanjutkan perjalanan menuntun motor. Alhamdulilah, sampai di dekat GOR UGM, ada bengkel dan disana footstep saya berhasil diperbaiki sehingga paling tidak saya bisa pulang dengan naek motor.

Sampai di rumah, saya benar-benar lega dan bersyukur karena saya bisa mengalami dan selamat dari bencana puing beliung ini. Dan sampai saat ini pun saya masih menganggap  bencana puting beliung UGM ini adalah bencana yang sangat besar bagi saya setelah bencana gempa 2006.

//
Jun 5, 2010