Learning is forever
Going where this year?
Kesibukan saya selama proses mencari pekerjaan 6 bulan ini : tidak ada. Tetapi ada aktifitas yang saya sangat menyukainya dan saya lakukan rutin hampir tiap minggu selama ini, yaitu bersepeda. Saya bersepeda dari rumah menggunakan sepeda gunung abal Wimcycle Roadchamp saya.
Dulu pas awal 2012, rute yang paling sering saya lewati adalah menuju bandara. Kemudian pernah juga menuju kaki Pegunungan Seribu, baik lewat Piyungan Selatan, atau lewat Piyungan Utara-Prambanan. Lalu pernah juga ikut Jogja Last Friday keliling kota di malam hari. Menyusuri selokan ke arah timur sampai Candi Prambanan pernah juga dilakukan. Kemudian menyusuri rel kereta api, baik ke arah barat dengan pol mentok sampai stasiun Tugu, atau ke arah timur dengan pol mentok sampai stasiun Prambanan juga.
Tetapi rute yang paling saya sukai dan sangat bikin ketagihan adalah rute ke utara. Dalam rute sepeda ke utara, saya bagi menjadi dua. Yaitu rute barat, dan rute timur. Rute timur adalah yang paling sering. Dulu saya pertama kali ketagihan rute timur ketika bersepeda ke arah Stadion Maguwoharjo. Sebenarnya saya bersepeda ke Maguwoharjo pertama kali waktu SMP. Waktu itu saya sudah sangat kecapekan, tetapi saya masih sangat penasaran. Bagaimana kalau terus ke utara lagi.
Dan akhirnya beberapa bulan yang lalu saya akhirnya merealisasikan rencana itu untuk pertama kalinya, yaitu di postingan ini. Ketika itu sangat capai sekali, dan karena musim kemarau, udaranya panas dan kering. Tetapi itu tidak menyurutkan niat saya dan sparring partner sepeda rutin saya, Dani. Dan akhirnya kami berhasil sampai ke Kalikuning. Beberapa kali kami ke utara, kadang2 juga ditemani Tajul.
Dulu waktu pertama kali ke Kalikuning, saya mencoba dari rute paling timur, yaitu mulai ke utara dari Candi Sambisari. Kemudian perlahan kami menemukan rute terpendek setelah mencoba beberapa rute timur yang terbarat dari kampus kami, UGM, ke arah timur pelan-pelan setelah beberapa kali bersepeda. Rute terpendek itu sudah saya cek di Google Maps, dan memang yang terpendek dan tercepat dari rute-rute yang sebelumnya saya lewati.
Dan rute yang terpendek itu, kalau dari rumah kami yang dekat JEC, adalah ke utara lurus dari JEC, sampai ke Seturan. Kemudian dari Seturan lurus, sebelum Minomartani berbelok ke arah Embung Tambak Boyo. Dari Tambak Boyo ke utara melewati jalan sawah pinggir sungai. Dan dari kejauhan terlihat Candi Gebang. setelah itu kami hanya mencari jalan dan belokan terdekat menuju utara. Di sepanjang rute akan melewati semacam hutan, yang ketika saya pertama kali lewat saya cukup takjub, karena di tengah Kabupaten Sleman ada hutan yg tidak dimanfaatkan kayunya seperti ini, padahal masih jauh dari Gunung Merapi. Lalu rute akan melewati perkebunan salak. Kemudian setelah itu hanya ada satu rute yang terdekat untuk menuju Kalikuning, yaitu melewati jalan lurus setelah Pom Bensin Morolejar. Untuk menuju Merapi Golf, bisa melewati jalan kampung yg tembusannya dari pertigaan setelah Morolejar ke timur kemudian ke utara.
Setelah Morolejar ini sebenarnya adalah the Real Start, terutama setelah melewati SMA N 1 Cangkringan. Disini kami pernah diledek oleh duo pesepeda balap bule dengan kata-kata, “Put on man!” karena kami hanya menuntun sepeda kami, bukan mengayuhnya. Setelah itu ikuti jalan saja, dan akan mencapai perempatan legendaris dengan baliho bergambar Mbah Maridjan di samping Kantor Desa Umbulharjo. Disini silahkan ke utara untuk menuju Kalikuning. Dan tanjakannya adalah the Real Real Start. Setelah melewati gerbang retribusi, bisa ke arah barat untuk ke Plunyon, atau ke utara terus untuk ke Dusun Mbah Maridjan dengan Lava Tour-nya. Yang belum kami selesaikan sebenarnya adalah dari gerbang Lava Tour ke utara sampai titik terakhir untuk wisatawan.
Di perjalanan pulang, anda akan merasakan sensasi down-hill yang tiada duanya, karena anda mengayuh sendiri sepeda anda menanjak ke utara, bukan naik pick-up atau mobil. Untuk sepeda, saya sarankan memakai sepeda gunung standar, yang biasa saja sudah cukup. Jangan sekali-sekali memakai fix gear atau fixie, karena teman saya pernah memakai sepeda jenis ini untuk ke utara dan hasilnya adalah fail. Topi agar kepala terhindar dari sengatan matahari, dan sepatu (opsional).
Di postingan selanjutnya akan saya jelaskan tentang rute barat, yang menuju Bukit Turgo. Dan postingan berikutnya lagi, akan saya ceritakan cerita di balik dan selama dan yang saya temui, saya lihat, dan saya jumpai selama saya bersepeda ke utara.
Untuk foto-fotonya, akan menyusul saat saya sudah mendapatkan akses atas internet dengan kecepatan yang lebih memadai.
Salam genjot! 😀
You can be the first to comment!